RUMAH TINGGAL
Alamat : Jl. Pinang 2 RT 01/15 No. 01, Limo-Depok
Luas
: +- 108 m2
Rumah ini terletak di
pinggir jalan yang sering dilalui kendaraan ataupun orang-orang yang lewat.
Rumah ini mempunyai ukuran yang besar diantara rumah sekitarnya. Warna rumah
ini juga sangat mencolok dan tidak memiliki pagar, sehingga rumah ini bisa
dianggap tidak memiliki keamanan yang bagus. Saya merasa masih banyak
kekurangan dalam penempatan ruang, ukuran ruang, perletakkan furniture, dan pembuatan
tangga yang salah.
1. Dapur
Dapur dapat di akses melalui pintu
samping yang secara otomatis dapat terlihat secara jelas oleh pengendara maupun
orang-orang yang melintas.Sehingga aktivatas penghuni dapat dengan jelas
terlihat orang pengendara ataupun orang yang melintas.
2.
Ruang
Makan
Ruang
makan yang seharusnya terletak berdekatan dengan dapur agar memudahkan penghuni
justru terletak berjauhan. Ruang makan terletak di lantai 2, sehingga ruang
makan tidak berfungsi dengan baik. Banyak penghuni yang makan langsung di
dapur.
3.
Kamar
Tidur
Kamar
tidur berukuran 2.5 m x 2.8 m termasuk kecil jika dibandingkan dengan luas
bangunan yang ada, sehingga furniture yang besar dan banyak tidak bisa
ditempatkan dengan baik di tiap kamar tidur.
Kamar
tidur utama terletak berdekatan dengan dapur dan ruang tamu, menurut saya ruang
tidur utama yang seharusnya bersifat privat justru akan terganggu dengan
aktivitas pada ruang tamu dan dapur. Selain itu perletakan furniture di kamar
ini juga tidak tertata dengan baik, diantaranya yaitu penempatan tempat tidur
yang menghadap ke arah toilet dan tidak ada adanya ruang ganti.
5.
Ruang
Tamu
Pemanfaataan
ruang tamu yang cukup besar kurang efisien, sehingga terdapat ruang mati yang
hanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan perabotan. Menurut saya
seharusnya ruang tamu terata rapi agar kesan tamu yang datang dapat baik.
6.
Tangga
Tangga
yang dibuat merupakan tangga lurus, namun pembuatannya terlalu menjorok
sehingga sangat berbahaya untuk anak kecil. Ukuran anak tangga juga tidak
sesuai dengan ketentuan yang ada, sehingga penghuni cukup lelah untuk naik
ataupun turun.
7.
Furniture
Banyak
perletakkan furniture yang tidak sesuai dengan fungsinya. Terlalu banyak
furniture di dalam rumah, terutama furniture yang sudah tidak terpakai.
Seharusnya di buat gudang untuk menyimpannya.
Berdasarkan hasil kritik tersebut
dapat disimpulkan bahwa kritik yang saya gunakan menggunakan jenis kritik
deskriptif.
KRITIK DESKRIPTIF adalah kritik yang menjelaskan sebuah kritik seolah kita adalah seorang jurnalis arsitektur atau sejarahwan dan menilai bangunan secara apa adanya bedasarkan pengalaman. Pada kritik deskriptif, kita menjelaskan bagaimana perasaan kita terhadap sebuah bangunan dengan merasakan bangunan tersebut dan kemudian mencatatnya.
Pada kritik deskriptif kita juga bisa mencatat pengalaman seseorang/ orang lain mengenai sebuah bangunan/kota. Jadi secara tidak langsung, mengetahui pendapat/kritik yang berasal dari orang lain yang merasakan/melihat bangunan tersebut. Kritik deskriptif memiliki tujuan yaitu untuk menilai sebuah bangunan dengan mengetahui proses bangunan tersebut dan dilihat dari unsure bentuk bangunan.
· Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
· Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
· Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai
unsur bentuk yang ditampilkannya
· Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
· Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
Kritik Deskriptif terdiri dari :
1. Kritik Deskrpiktif - Sebuah kritik yang memaparkan secara apa adanya tanpa melebih-lebihkan.
Kritik Depiktif dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Kritik Deskrpiktif - Sebuah kritik yang memaparkan secara apa adanya tanpa melebih-lebihkan.
Kritik Depiktif dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Secara Grafis
Artinya, pada kritik ini lebih memfokuskan penilaian pada elemen2 bentuk, material dan tekstur. Tujuannya, supaya dapat menjelaskan kepada pembaca agar lebih memahami sebuah bangunan sebelum si pembaca mengira-ngira tentang bangunan tersebut.
Produk dari kritik depiktif diantaranya:
- Fotografi
- Diagram
- Pengukuran
- Verbal (kata-kata)
b. Secara Verbal
Kritik Depiktif secara verbal berupa penilaian mengenai fungsi bangunan dan bagaimana penggunaanya.
c. Secara Prosedural
Pada kritik depiktif secara prosedural, artinya penilaian terhadap bangunan yang didasarkan pada lingkungan fisik dan perkembangan bangunan sejak mulai direncanakan hingga proses pembentukannya
Sumber : http://archikets.blogspot.co.id/2016/09/kritik-deskriptif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar