Sebagai kota yang sudah
berusia hampir 250 tahun, Surakarta (biasa disebut Solo) memiliki banyak
kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain bangunan tua yang
terpencar dan berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang terkumpul di sekian
lokasi sehingga membentuk beberapa kawasan kota tua, dengan latar belakang
sosialnya masing-masing.
Salah satu gedung bersejarah
yang masih terawat adalah Gedung Bank Indonesia yang terletak di jalan Jendral
Sudirman. Gedung yang letaknya tidak jauh dari Balaikota Surakarta ini
mempunyai arti sejarah yang penting, karena pada tanggal 27 Juni 1946
sekelompok pemuda menggunakan gedung ini untuk menculik Perdana Menteri Sutan
Syahrir dan tokoh–tokoh lain seperti Menteri Kesehatan dr. Darna Setiawan,
Jendral Mayor Sudibyo dan lain–lain. Ternyata dibelakang peristiwa tersebut
berdiri “Persatuan Perjuangan” yang dipimpin oleh Tan Malaka, yang semula bernama
“Volksfront” yang didirikan di Solo pada tanggal 5 Januari 1946.
Bangunan yang semula bernama De Javasche Bank Agentschap
Soerakarta tersebut
sudah didirikan lebih dari seabad silam. Bangunan Kantor BI Cabang Solo
terletak di Jalan Jend. Sudirman No. 4 Solo merupakan kantor cabang keenam setelah Semarang,
Surabaya, Padang, Makassar dan Cirebon. Presiden DJB, CFW Wiggers van
Kerchem, menyatakan pendirian Kantor Cabang Solo (Agentschap Soerakarta), melalui prosedur rapat umum
pemegang saham luar biasa, dengan Surat Keputusan No. 15 Tanggal 23 Oktober 1867, maka
disetujuilah pendirian kantor Cabang Solo dan diresmikan pada 25 November 1867. Bangunan ini
dirancang oleh Biro Arsitek Belanda Hulswitt, Fermont dan Ed. Cuipers
dengan standart gaya neoklasik. Peninggalan De Javasche Bank (DJB)
tersebar di berbagai kota di Indonesia. Keberadaan pusaka kota tersebut umumnya
terletak dalam posisi ruang kota yang sangat berarti yakni di pusat kota yang
sekaligus menunjukkan jati dirinya sebagai salah satu cikal bakal pertumbuhan
kota. Sementara dari tampilan fisiknya juga memperlihatkan sosok yang berarti
dalam mewakili desain/rancangan pada zamannya. Berbagai bangunan eks-DJB
tersebut umumnya kini dimiliki dan dikelola oleh Bank Indonesia (BI).
Meniliki sisi kesejarahan yang sangat
berharga dan menonjol serta posisinya kini sebagai aset BI, sudah selayaknya
pemanfaatan dan pengelolaan pelestarian termasuk perawatan bangunan-bangunan
eks DJB mengikuti kaidah-kaidah pelestarian yang benar. Pelestarian
bangunan-bangunan eks DJB lebih jauh diharapkan mampu mendorong pemilik dan
pengelola pusaka-pusaka lain di sekililing kawasan melakukan hal yang sama,
sekaligus mendorong pengembangan pelestarian pusaka di masing-masing kota di
mana bangunan eks DJB berada.
Dari segi fisik bangunan,
Kantor Bank Indonesia Solo memang sudah beberapa kali mengalami perbaikan.
Meski demikian, konservasi yang dilakukan tidak meninggalkan
keasliannya. Gedung Kantor Bank Indonesia Solo sebelumnya digunakan
sebagai kantor operasional Bank Indonesia, namun selepas konservasi pada tahun
2014 ini, gedung tersebut hanya difungsikan sebagai museum dan perpustakaan
saja. Sedangkan operasional Bank Indonesia Solo dialihkan di kantor baru yang
terletak di sebelah gedung lama.
Ditilik dari segi arsitektur
bangunan, sejak awal berdiri hingga saat ini memang tak banyak mengalami
perubahan. Beberapa ciri khasnya antara lain Pilaster, bagian bangunan yang
berguna untuk memperkuat dinding. Bagian ini serupa kolom yang menyatu dengan
dinding pada jarak-jarak tertentu. Pilaster terlihat pada bangunan ek De
Javache Bank yaitu pada bagian yang mengapit jendela atau pintu.
Sejumlah bagian lain yang tak
kalah menyita perhatian yakni balustrade atau pagar pada atap bangunan.
Ada pula jendela kecil pada artic yang disebut lucarne. Tampak juga konstruksi
dinding yang berbentuk segi tiga yang diletakkan di atas pintu jendela sebagai
hiasan. Satu hal lagi yang tak ketinggalan adalah hiasan berukir pada atap atau
pada tympanum yang disebut sebagai amortizement.
RANGKUMAN
:
Nama
Bangunan : Gedung Bank Indonesia Solo
/ De Javasche Bank
Lokasi : Jalan Jend. Sudirman No. 4 Solo
Dibangun Tahun : 25 November 1867
Arsitek : Biro Arsitek Belanda Hulswitt, Fermont dan Ed.
Cuypers
Fungsi Awal : Bank
Sirkulasi Hindia Belanda dan kantor operasional Bank Indonesia
Fungsi Sekarang : Museum
dan perpustakaan
Langgam : Gaya
yang digunakan adalah gaya neoklasik
Tampak :
Sumber :
http://kekunaan.blogspot.com/2012/07/gedung-bank-indonesia-solo.html
http://a-life-sketch.blogspot.com/2012/07/bangunan-konservasi-gedung-bank_10.html
http://joglosemar.co/2014/10/kantor-bank-indonesia-solo-arsitektur-sarat-sejarah.html