Minggu, 24 Desember 2017

MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN

Sejak fenomena pemanasan global mencuat, isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan banyak digaungkan di berbagai bidang termasuk properti. Di bidang ini, pemilihan material atau bahan bangunan adalah salah satu langkah yang dilakukan dalam upaya menciptakan green property atau properti yang ramah lingkungan. Masyarakat Indonesia saat ini semakin sadar akan pentingnya memilih bahan atau material yang mengakomodasi isu-isu lingkungan misalnya yang menyangkut go green, low energy, dan antitoksin.
Secara sederhana, dijelaskan bahwa pemilihan material yang ramah dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, misalnya, pemilihan bahan sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan yang mengandung racun seperti asbeston.
Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya menggunakan lampu hemat energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi listrik, semen instan yang praktis dan efisien, atau pun memilih keran yang memakai tap yang hanya mengeluarkan air dalam volume tertentu.
Green architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) adalah salah satu wujud nyata proses pembangunan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan lingkungan di sekitarnya: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Tujuan umumnya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan dari lingkungan yang dibangun pada kesehatan manusia dan lingkungan alam oleh:
1.       Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lain
2.      Kesehatan penghuni Melindungi dan meningkatkan produktivitas karyawan
3.      Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan

Pemanfaatan material bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan juga dapat menghasilkan bangunan yang indah dan fungsional. Selain itu, pemanfaatan material bekas kembali dapat menghebat biaya dan material yang diambil dari alam sehingga dapat lebih melestarikan alam. Kusen, daun pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa dirapikan, diberi sentuhan baru, dan dipakai ulang yang dapat memberikan suasana baru pada bangunan.

Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;
1.     tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
2.     dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan
3.    dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada pepohonan)
4.    bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan)
5.     bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami
6.    dapat didaur ulang atau digunakan kembali

Material yang ramah lingkungan menurut kriteria diatas misalnya; batu bata, semen, batu alam, keramik lokal, kayu, dan sebagainya. Ramah lingkungan atau tidaknya material bisa diukur dari kriteria tersebut atau dari salah satu kriteria saja, seperti kayu yang makin sulit didapat, tapi bila dipakai dengan hemat dan benar bisa membuat kita merasa makin dekat dengan alam karena mengingatkan kita pada tumbuh-tumbuhan.
Berikut sedikit dari material ramah lingkungan yang akan saya jelaskan berdasarkan kelebihan dan kekurangannya.

1.      KAYU


Kayu, mungkin dan hampir pasti setiap hari kita melihat yang namanya kayu. Mulai dari meja, kursi, pintu, rangka atap, dan masih banyak lagi benda yang menggunakan kayu sebagai bahan pembuatannya. Meski saat ini sudah ada bahan alternatif pengganti kayu, misalkan saja baja, besi, plastik, dan lain sebagainya, namun kayu masihlah menjadi bahan yang paling banyak dipergunakan.

Kayu memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah:
·    Kayu mudah dalam pengerjaan, bisa dibuat atau dibentuk sesuai keinginan, misalkan saja untuk ukiran, desain kusen, dll. Selain itu, kayu juga mudah untuk dipaku, dibaut, dan direkatkan
·    Kualitas kayu bisa dilihat secara visual, misalkan saja bila terjadi cacat kayu dapat diketahui secara kasat mata.
·       Kayu lebih tahan terhadap tekanan dan lenturan.
·     Dengan adanya bermacam jenis kayu, maka kayu memiliki tekstur yang baik dan indah.
·   Kayu memiliki berat jenis yang cukup ringan sehingga bisa mengapung dan sifat resonansinya.
·      Kayu dapat diubah menjadi bentuk pulp (bubur kayu), dan bisa diolah untuk dijadikan bahan produk lainnya, misal untuk bahan baku pembuatan kertas.

Sedangkan kekurangan atau kelemahan material kayu diantaranya adalah:
·       Tidak tahan api, sehingga kayu mudah terbakar, apalagi kalau dalam kondisi kering.
·   Kayu tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan sehingga sisa penggunaan kayu hanya menjadi limbah.
·   Untuk pekerjaan tertentu (yang besar atau lebar), kayu tidak bisa menutup secara keselurahan karena terbatasnya diameter kayu. Biasanya untuk menyikapi hal ini kayu harus disambung atau diperlebar/perbesar.
·      Kayu mudah diserang oleh serangga pemakan kayu seperti rayap atau serangga lainnya
·     Kayu mengandung air dan berpengaruh besar terhadap bentuk kayu. Kayu yang belum kering biasanya masih mengalami penyusutan atau perubahan bentuk, oleh karena itu kayu harus dikeringkan sebelum digunakan.
·       Kayu bersifat higroskopis, dan sensitif terhadap kelembaban. 

2.      ALANG-ALANG

 

 







Atap alang-alang merupakan jenis bahan atau material bangunan yang sangat ramah lingkungan(enviroment friendly). Atap alang-alang merupakan atap dengan bahan alami rumput alang-alang.

Karakter alami inilah yang merupakan kelebihan atap alang-alang :
·         Tidak mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
·         Dapat terurai secara organis oleh alam. 
·         Pembuatan serta pemasangannya sangat sedikit menghabiskan bahan bakar fosil.
·         Proses produksinya tidak menghasilkan limbah (zero waste).
·   Bahan baku rumput alang-alang dapat dengan mudah tumbuh dimana saja, dan merupakan bahan yang dapat diperbaharui (renewable)

Secara arsitektural -bahan atap alang-alang memiliki kelebihan, antara lain:
1.      Memberikan kesejukan di dalam bangunan.
2.      Secara visual menciptakan kesan natural pada bangunan
3.      Dapat dikombinasikan atau disandingkan dengan material-material modern.
4.      Berkarakter plastis sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis-bentuk atap.
5.      Dapat diterapkan pada jenis bangunan apapun.
6.      Teknik pemasangan dan konstruksi yang sederhana.

Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari alang-alang antara lain :
·         Resiko mencegah kebakaran sangat kecil
·         Tidak tahan lama
·         Sering dimakan oleh burung
·         Sangat ringan sehingga tidak kuat menahan angin

3.      BAMBU

 
 








Perkembangan dunia arsitektur di Indonesia tidak terlepas dari penggunaan bamboo dari penggunaan bamboo untuk bahan bangunan. Tidak hanya alat dan perabitan saja, tetapi bamboo juga sering dipakai pada pembuatan konstruksi bangunan. Bamboo diklaim memiliki tingkat kekuatan yang setara dengan besi dan baja asalkan sudah diolah sedemikian rupa terlebih dulu. Namun karena merupakan produk alami, karakteristik bamboo tidak seragam sehingga bakal sedikit menyulitkan kita saat pemasangannya.

Berikut ini kelebihan dari bambu diataranya :
·         Bahan Alami yang dapat diperbaharui
·         Sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap tebang)
·        Pada berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi dibandingkan kuat tarik baja mutu sedang.
·         Ringan
·         Bahan konstruksi yang murah

Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari bambu antara lain :
·         Rentan terhadap rayap.



Selasa, 07 November 2017

GREEN ARCHITECTURE

Hayy, Assalamualaikum teman-teman calon arsitek. Kalian tau apa itu Green Architecture?? disini kita sama-sama belajar ya teman...  berikut adalah penjelasan mengenai Green Architecture.

Menurut World Health Organisation (WHO), 30% bangunan gedung di dunia mengalami masalah kualitas udara dalam ruangan. Untuk itu muncul adanya konsep Green Architecture yaitu pendekatan perencanaan arsitektur yang berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Green Architecture adalah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energy dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Konsep Green Architectur bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan sistem utilitas yang sangat baik.

Prinsip – prinsip bangunan yang berkonsep Green Architecture adalah sebagai berikut :
1.      Hemat energy.
Pengoperasian bangunan harus meminimalkan pengggunaan bahan bakar atau energy listrik. Sebisa mungkin memaksimalkan energy alam sekitar lokasi bangunan.
2.      Memperhatikan kondisi iklim
Mendesain bangunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energy yang ada.
3.      Minimizing new resources
Mendesain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumbe daya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang/ penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
4.      Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut
Bangunan yang akan dibangun nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.

5.      Mersepon keadaan tapak dari bangunan
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
6.      Menetapkan seluruh prinsip-prinsip green architecture secara keseluruhan
Dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita

Sifat – sifat bangunan berkonsep Green Architecture :
1.      Sustainable (Berkelanjutan)
Berarti bangunan arsitektur hijau tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubbahan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.
2.      Earthfriendly (Ramah Lingkungan)
Maksud dari ramah lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energy. Oleh karena itu bangunan berkonsep arsitektur hijau mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energy dan aspek – aspek pendukung lainnya.
3.      High Performance
Untuk meminimaliskan penggunaan energy dengan memanfaatkan energy yang berasal dari alam dan dengan dipadukan dengan teknologi tinggi. Contohnya :
-          Penggunaan panel surya untuk memanfaatkan energy panas matahari sebgai sumber pembangkit tenaga listrik rumahan.
-          Penggunaan material – material yang dapat di daur ulang, penggunaan konstruksi – konstruksi maupun bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat mendukung konsep arsitektur hijau.
Secara sederhana konsep green architecture bisa diterapkan dalam rancangan rumah sederhana sekalipun, hanya apakah ada goodwill atau tidak untuk penerapannya. Konsep – konsep sederhana seperti rumah hemat listrik, hemat air, dan sebagainya dapat mulai diterapkan untuk mengantisipasi berkurangnya sumber listrik dan air di kehidupan sehari – sehari.
Green architecture saat ini lebih menjadi suatu kebutuhan daripada sekedar sebuah pola labelisasi style atau gaya saja, menjadi suatu keharusan ketika buruknya kualitas lingkungan hidup terus menjadi permasalahan lingkungan saat ini. Kadang disayangkan ketika green architecture yang seharusnya merupakan sebuah prinsip sebagai perwujudan moral seorang arsitek telah terperangkap pada pola lebelisasi style.



Sumber : Dr Handayani, Sri M.Pd.2009.Arsitektur & Lingkungan. Bandung : Penerbit Universitas Pendidikan Indonesia


CONTOH BANGUNAN GREEN ARSITEKTUR

1.        Nanyang Technological University – Singapura




Dengan dukungan dari pemerintah, bangunan-bangunan hijau di Singapura kerap bertambah, salah satunya adalah Nanyang Technological University yang menerapkan fasad kaca yang mengurangi solar gain dan heat load sehingga mendapatkan natural views dan pencahayaan yang efektif.
Bangunan ini juga dikenal dengan green roof yang melengkung sebagai ruang terbuka hijau yang digunakan untuk tempat berkumpul. Tidak hanya itu, green roofini juga berfungsi sebagai insulasi termal, dan rainwater harvesting untuk irigasi lansekap. Rumput yang ditanam juga dibuat menyesuaikan lansekap sekitar agar bangunan menyatu dengan lingkungan.



   Siteplan                                                                       Lingkungan Sekitar Site

Sumber :
http://terasbilly.com/2014/11/14/464/


2. PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS INDONESIA

Lokasi                         : Universitas Indonesia
Luas bangunan           : 30.000m2 atau 3 hektar
Jumlah lantai              : 8 lantai

Proyek ini merupakan pengembangan dari perpustakaan pusat yang dibangun pada tahun 1986-1987, didanai oleh pemerintah dan industri dengan anggaran sekitar Rp100 miliar, yang dibangun diarea seluas 3 hektar dengan 8 lantai, yang dirancang berdiri di atas lanskap bukit buatan dan terletak di depan Danau Kenanga yang ditumbuhi pepohonan besar berusia 30 tahun akan menambah keindahan bagi perpustakaan tersebut sehingga akan tercipta suasana yang lebih nyaman.
Bangunan perpustakaan yang akan menjadi iconic atau landmark ini, mempunyai konsep sustanable building yang ramah lingkungan (eco friendly), bahwa kebutuhan energi menggunakan sumber energi terbarukan, yakni energi matahari (solar energy), maka nantinya di dalam gedung tidak diperbolehkan menggunakan plastik dalam bentuk apa pun. Nanti semua kebutuhan plastik akan diganti dengan kertas atau bahan lain. Bangunan ini juga didesain bebas asap rokok, hemat listrik, air dan kertas.
Perpustakaan ini mampu menampung sekitar 10.000 orang pengunjung dalam waktu bersamaan atau sekitar 20.000 orang per hari. Koleksi buku di dalamnya akan menampung 3-5 juta judul buku. Sistem IT mutakhir juga akan melengkapi perpustakaan tersebut sehingga memungkinkan pengunjung leluasa menikmati sumber informasi elektronik seperti e-book, e-journal dan lain-lain.

a.     Konstruksi
·         Model bangunan menghadirkan bangunan masa depan dengan mengambil sisi danau sebagai orientasi perancangan. Penggunaan bukit buatan sebagai potensi pemanfaatan atap untuk fungsi penghijauan. Sedangkan pencahayaan alam dilakukan melalui beberapa skylight.
·          Di balik gundukan rerumputan hijau terdapat 5 bangunan tinggi yang menjulang hingga beberapa ratus meter berisikan ruangan-ruangan kosong yang disiapkan sebagai ruang utama perpustakaan UI.
·         Di punggung bukit bangunan di timbun tanah dan ditanami rerumputan yang berguna sebagai pendingin suhu ruangan yang ada didalamnya, hingga dapat mereduksi fungsi alat pendingin udara sampai 15 persen.
·         Di antara punggung rerumputan itu terdapat jaringan-jaringan selokan yang di sampingnya terdapat kaca tebal bening selebar 50 sentimeter. Selokan itu untuk mengalirkan air hujan ke tanah resapan, sedangkan fungsi kaca sebagai sistem pencahayaan. 
·         Interior bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara satu ruang dan ruang yang lain melalui sistem void. Dengan begitu, penggunaan sirkulasi udara alam menjadi maksimal.
·         Penggunaan energi matahari dilakukan melalui solar cell yang dipasang di atap bangunan.
·         Guna memenuhi standar ramah lingkungan, bangunan juga dilengkapi sistem pengolahan limbah. Karena itu, air buangan toilet dapat digunakan untuk menyiram di punggung bangunan. Dengan diproses terlebih dahulu melalui pengolahan limbah atau sewage treatment plant (STP).
·         Lantai dasar berisi pusat kegiatan dan bisnis mahasiswa yang terdiri toko buku, toko cenderamata, ruang internet, serta ruang musik dan TV. Ada juga restoran dan kafe, pusat kebugaran, ruang pertemuan, ruang pameran, dan bank.
·         Lantai 2 hingga 6 akan dilengkapi fasilitas seperti ruang tamu, ruang pelayanan umum dan koleksi, ruang baca, ruang teknologi informasi, serta unit pelayanan teknis.
·         Sedangkan di lantai 7 terdapat ruang sidang dan ruang diskusi. Gedung perpustakaan juga dilengkapi plaza dan ruang pertemuan yang menjorok ke danau.
·         Gedung akan menggunakan panel surya sebagai sumber energinya.
·          Keunikan yang lain, nanti akan terdapat berbagai huruf aksara dari seluruh dunia yang akan ditulis di kaca gedung sebagai dinding.
·         Interior menggunakan batu paliman palemo.
·          Eksterior bangunan tersebut menggunakan batu alam andesit.
Bahan bangunan dari batuan ini (batu alam andesit untuk eksterior dan batu paliman palemo untuk interior) bersifat bebas pemeliharaan (maintenance free) dan tidak perlu dicat. Batuan ini diperoleh dari Sukabumi. Untuk melengkapi desain ramah lingkungan, sejumlah pohon besar berusia 30 tahunan berdiameter lebih dari 100 sentimeter sengaja tidak ditebang saat pembangunan gedung itu. Keindahan menjadi lengkap karena gedung itu mengeksplorasi secara maksimal keindahan tepi danau yang asri, sejuk, dan, teduh.


Sumber : http://tessatandayu.blogspot.co.id/2015/10/penerapan-green-architecture-di.html